Kamis, 12 Agustus 2010

Kecamatan Tapin Selatan

Tapin Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Batas Wilayah
Utara Kecamatan Tapin Tengah dan Bungur
Selatan Kecamatan Binuang
Barat Kecamatan Tapin Tengah
Timur Kecamatan Salam Babaris dan Bungur

Objek wisata

Makam Datu Nuraya

Makam sebagai tujuan wisata ziarah antara lain makam Datu Nuraya yang merupakan makam panjang bahkan mungkin makam terpanjang di dunia (± 63 meter) dan haulannya (peringatan tahunan) adalah pada tanggal 14 Dzulhijjah. Makam ini terletak di desa Munggu Tayuh Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Tapin.

Menurut riwayat, beliau bernama asli Abdul Rauf, seorang Habib yang berasal dari Syria yang datang pada hari raya menemui Datu Suban untuk menyerahkan kitab yang bernama Nyawa Alam yang di kemudian hari terkenal dengan nama Kitab Barencong. Selesai menyerahkan Kitab tersebut beliau meninggal dunia dan dimakamkan di tempat dimana beliau meninggal tersebut. Karena badan beliau tinggi dan besar, maka menguburkannya dibuat lubang yang panjang sesuai dengan ukuran panjang dan lebar badan beliau. Banyak peziarah yang datang ke makam beliau. Tidak hanya penduduk lokal, tetapi banyak juga dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Syria, Inggris, India dan lain sebagainya.

Makam Datu Suban

Datu Suban adalah seorang waliyullah yang memiliki Ilmu Hikmah dan menguasai Ma'rifat tingkat tinggi. Murid-muridnya berjumlah 12 orang. Tiap murid mempunyai tingkat Ilmu Kasyaf yang berbeda-beda, namun yang paling lengkap kajian ilmunya dan mendapat kehormatan untuk mewarisi Kitab Utama yang biasa disebut Kitab Barencong. Hanya murid beliau yang bernama Abdussamad Al-Palembangi atau dengan nama lain Datu Sanggul.

Dalam komplek makam tersebut terdapat makam beberapa murid utama beliau seperti Datu Karipis, Datu Diang Bulan, dan Datu Mayang Sari. Tidak hanya penduduk lokal, tetapi banyak juga dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Syria, Inggris, India dan lain sebagainya. Haulannya dilaksanakan pada bulan Syawal setiap tahun.

Makam Datu Sanggul

Datu Sanggul adalah seorang waliyullah yang makamnya terletak di desa Tatakan (14 km dari Rantau). Nama asli beliau adalah Abdussamad dan berasal dari Palembang. Menurut cerita masyarakat, setelah mengaji ilmu dengan gurunya yang bernama Datu Suban, Abdussamad seringkali berkhalwat menunggu ilmu, terutama pada malam-malam Lailatul Qadar. Karena kebiasaan menunggu ilmu atau manyanggul ilmu (dalam bahasa Banjar) itulah beliau mendapat gelar Datu Sanggul dan keistimewaan beliau mampu sholat setiap jumat ke Masjidil Haram hingga bertemu dan saling mengangkat saudara dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Peninggalannya yang terkenal adalah kitab Hidayatus Salihin yang menjadi referensi rujukan kitab-kitab Salaf dan dipelajari oleh ulama di beberapa negara di dunia.

Peziarah yang dating tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei, Arab Saudi, Suriah, India, dan lain-lain.

Kabupaten Tapin


Kabupaten Tapin adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantau. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.700,82 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 141.266 jiwa (2000).

Letak Geografis dan Administrasi

Kabupaten Tapin merupakan salah satu bagian dari provinsi Kalimantan Selatan yang secara geografis terletak pada 2° 32’ 43″ hingga 3° 00’ 43″ LS dan 114°46’ 13″ hingga 115° 30’ 33″ BT serta berbatasan dengan :
Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Selatan Kabupaten Banjar
Barat Kabupaten Barito Kuala
Timur Kabupaten Banjar

Wilayah administratif Kabupaten Tapin mencakup wilayah seluas 2.700,82 km² yang terdiri dari 12 wilayah kecamatan. Dari data statistik yang ada, pada umumnya masing-masing kecamatan di Tapin memiliki luas wilayah yang hampir merata.

Kecamatan dengan luas wilayah paling besar adalah Kecamatan Candi Laras Utara dengan luas wilayah 730,48 km2 atau sebesar 27,04% dari keseluruhan luas Kabupaten Tapin, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tapin Utara dengan luas wilayah 71,49 km2 atau sebesar 2,65% dari keseluruhan luas Kabupaten Tapin.

Apabila dilihat dari letak ketinggiannya dari permukaan laut diketahui bahwa kebanyakan luas daerah di Kabupaten Tapin berada pada kelas ketinggian 0-7 m dari permukaan laut, yakni sebesar 67,34% luas wilayah. Sedangkan luas wilayah dengan ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut hanya berkisar 1,21% luas wilayah.

Jika dilihat dari kelas kemiringannya, Kabupaten Tapin merupakan daerah yang landai dengan kemiringan 0-2% yang meliputi 82,93% dari luas daerah di Kabupaten Tapin. Sedangkan pada kelas kemiringan antara 2,1 - 8 % hanya meliputi 0,62% dari luas wilayah Kab. Tapin.

Sejarah
Menara Dulang, markah tanah (landmark) dari Kota Rantau sebagai kota bernuansa Islam.

Wilayah Kesultanan Banjar dan Hindia Belanda

Status Kesultanan Banjar setelah dihapuskan pada tahun 1860 masuk ke dalam Gouverment van Borneo yaitu termasuk dalam Karesidenan Afdeeling Selatan dan Timur Borneo. Wilayah dibagi dalam 4 afdeeling, salah satunya adalah afdeeling Martapura (dibawah regent Pangeran Jaya Pemenang) yang terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura, Distrik Riam Kanan, Distrik Riam Kiwa, Distrik Benua Empat dan Distrik Margasari.

Selanjutnya terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda. Dibawah Afdeeling terdapat Onderafdeeling dan distrik. Distrik Benua Ampat dan Distrik Margasari kemudian berada di bawah onderafdeeling Benua Ampat en Margasari dan digabungkan ke dalam Afdeeling Kandangan yang baru dibentuk. Afdeeling Kandangan terdiri 3 onderafdeeling (dengan 6 distrik), salah satunya adalah onderafdeeling Benua Ampat en Margasari dengan distriknya: Distrik Benua Ampat dan Distrik Margasari.

Pembentukan kabupaten

Kerajinan tangan dari Tapin.

Era 1950-1960-an wilayah Tapin berbentuk Kawedanan yaitu Kawedanan Tapin dengan ibukota Kota Rantau, yang juga masih dalam daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) beribukota di Kandangan. Kewedanan Tapin kala itu hanya mempunyai 3 wilayah kecamatan yakni kecamatan Tapin Utara yang beribukota Rantau, Kecamatan Tapin Selatan yang beribukota di Tambarangan, dan Kecamatan Tapin Hilir yang beribukota di Margasari.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang pemerintahan daerah, di mana daerah provinsi menjadi daerah Swatantra tingkat I dan daerah kabupaten/kotapraja menjadi daerah Swatantra tingkat II. Dan diganti UU Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, dimana daerah Swantantra I menjadi daerah provinsi dan daerah swatantra II, berubah menjadi daerah kabupaten/kotamdaya. Di Kalsel perubahan ini secara serentak diumumkan 17 Desember 1965, yang mana terjadi perubahan dengan penghapusan pemerintahan pada tingkat Kewedanan.

Dengan penghapusan itu, maka tokoh-tokoh masyarakat Tapin dan didukung para birokrat untuk berupaya mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi. Karena itu, tahun 1958 H. Anang Acil Syofyan mengemukakan sebuah gagasan yang mengajak semua elemen masyarakat, ulama, tokoh, elit politik, birokrat, pemuda dan kelompok lainnya untuk mengajukan resolusi yaitu agar Pemerintah Kewedanan Tapin dapat ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten.

H. Anang Acil Syofyan mula-mula mengemukakan ide itu kepada tokoh yakni H. Hasyim Thaib dan Bakau M, dan di kalangan militer dikonsultasikan kepada Letnan Oendat, yang mulanya turut aktif menuntut berdirinya Kabupaten Tapin, Namun kemudian Oendat dilarang oleh atasan dalam kegiatan dinilai bermuatan politik praktis. Kemudian, H. Anang Acil Syofyan, H. Hasyim Thaib, Bakau M., dan kawan-kawan mendapat dukungan di Kecamatan Tapin Selatan dengan tokoh Guru Saleh, H Muhammad Ideram, M. Juri, Pambakal Taun, Pambakal H. Abas Abdul Jabar. Sedang di Margasari, Kecamatan Tapin Hilir juga didukung H. Marali, H. Kaspul Anwar, H. Bajuri Shagir, dan lainnya.

Setelah beberapa waktu berjalan, pada tahun 1958 digelar musyawarah warga Tapin di Balai Rakyat Rantau (sekarang Bank BPD Rantau), dan untuk melaksanakan berbagai keputusan musyawarah maka dibentuk sebuah badan yang diberi nama Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat dan sekretaris Basuni Thaufik, yang dibantu anggota pengurus. Dan tahun 1961 bertempat di Gedung Bioskop Permata Rantau (sekarang lokasi pasar rantau dekat jembatan sungai Tapin) diselenggarakan Musyawarah Besar dengan menghasilkan keputusan yakni pertama, membubarkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin dan membentuk badan baru yang bernama Badan Penuntut Kabupaten (Bapenkab) Tapin. Kedua, segera menyampaikan resolusi agar kewedanan Tapin dapat dijadikan daerah otonomi tingkat II Tapin.

Resolusi atau permohonan disampaikan kepada Presiden/Perdana Menteri RI, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah di Jakarta, Ketua dan anggota DPRD-GR HSS di Kandangan. Dengan tembusan resolusi yakni Gubernur KDH Tingkat I Kalsel di Banjarmasin, Panglima Kodam X/Lambung Mangkurat di Banjarmasin, Bupati KDH Tingkat II HSS di Kandangan, Wedana Tapin di Rantau, anggota DPRD-GR Provinsi Kalsel di Banjarmasin, anggota DPR-GR asal Kalsel di Jakarta, Pers (media cetak/radio) untuk dipublikasikan. Tahun 1963 komisi B DPR-GR pusat melakukan kunjungan ke Kewedanan tapin untuk melihat kondisi riil Tapin yang pertemuan di Balai Rakyat Rantau, dari pertemuan itu DPR-GR pusat menyarankan agar Bapenkab Tapin diganti menjadi Panitia Persiapan Kabupaten Tapin, yang kemudian langsung disetujui perubahan organisasi itu dengan Ketua Basuni Thaufik. Dan Panitia Persiapan Kabupaten Tapin itulah yang turut berpartisipasi dalam kepanitiaaan pada upacara peresmian berdirinya Kabupaten Tapin pada 30 November 1965 di lapangan Kabupatenan (Halaman rumah pejabat Bupati) oleh Menteri Dalam Negeri RI Soemarno Sosroatmodjo atas Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1965 (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2765)[2], dengan ibukota di Rantau.

Suku bangsa

Suku asli adalah suku Banjar dan suku Dayak Bukit (Kecamatan Piani). Suku bangsa di kabupaten Tapin antara lain:

1. Suku Banjar: 114.265 jiwa
2. Suku Jawa: 21.727 jiwa
3. Suku Bugis: 106 jiwa
4. Suku Madura: 1.296 jiwa
5. Suku Bukit: 112 jiwa
6. Suku Mandar: 1 jiwa
7. Suku Bakumpai: 12 jiwa
8. Suku Sunda: 1.244 jiwa
9. Lainnya: 2.503 jiwa

(Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk tahun 2000)

Daftar Bupati Tapin

No. Periode Nama Bupati K e t e r a n g a n
1 1964-1965 Patih H Naseri
2 1965-1966 Muhammad Hanafiah
3 1966-1967 Drs. Fadhullah Thaib
4 1967-1972 Haji Muhammad Noor
5 1972-1978 Haji Noor Ifansyah
6 1978-1983 Said Alwi Al Musawwa
7 1983-1993 Haji Ahmad Makkie
8 1993-2003 Haji Knach Noor Ajie, SH * Menjabat selama 2 periode
9 2003-2013 Drs. H. Idis Nurdin Halidi, MAP * Menjabat selama 5 tahun (2003-2008) dan terpilih kembali pada tahun 2008 pada Pilkada Tapin

Kalimantan Selatan




Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin.

Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. DPRD Kalsel dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya sepuluh provinsi, setelah pembubaran RIS, salah satunya provinsi Kalimantan dengan gubernur Dokter Moerjani.

Sejarah
Balai Seba Gedung Mahligai Pancasila salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur KalSel.

MASA SEBELUM MASEHI

* 8000 SM : Migrasi I, Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong.
* 2500 SM : Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa (Taiwan) ke pulau Borneo dengan membawa adat ngayau yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).
* 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.

MASA SETELAH MASEHI

* 400 : Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar archais.
* 242 - 1362 : Berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu.
* 600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar.
* 1025 : migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
* 1355 : Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Tapin dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa.
* 1355 : Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.
* 1360 : Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
* 1362 : Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
* 1362 – 1448 : berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
* 1385 – 1421 : masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa
* 1421 – 1436 : masa pemerintah Raden Carang Lalean
* 1436 – 1448 : masa pemerintahan Putri Kalungsu
* 1448- 1526 : Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
* 1448 : Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
* 1448 – 1486 : masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan
* 1486 – 1515 : masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama
* 1511 : migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
* 1515 : Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudra.
* 1515 - 1519 : masa pemerintahan Arya Mangkubumi, arya Mangkubumi dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung; Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
* 1518-1521 : Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai, Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada 1521.
* 1519 – 1526 : masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).

MASA KERAJAAN ISLAM BANJAR

* 1520 : penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
* 6 September 1526 : pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudra dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
* 24 September 1526 : kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
* 1526-1545 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera.
* 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah.
* 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
* 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
* 1520-1620 : Masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
* 1596 : Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
* 14 Februari 1606 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
* 1612 : Belanda membakar Istana Raja Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
* 1620 – 1637 : masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
* 1634 : VOC-Belnda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
* 1635 : VOC-Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge sejak 29 November 1635.
* 1637 – 1642 : masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
* 1638 : seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
* 1642 – 1660 : masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
* 1660 – 1663 : masa pemerintahan Raden Bagus Kasuma dengan gelar Sultan Amrullah (Raja VIII).
* 1660 : Diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (anak Sultan Saidullah) mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang.
* 1663 – 1679 : masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
* 1664 : perubahan nama Bandarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
* 1668 : Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.[2]
* 1680 – 1700 : masa pemerintahan Sultan Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kusuma kembali.
* 1700 – 1734 : masa pemerintahan Sultan Hamidullah/Ilhamidullah/Tahmidullah I.
* 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
* 1734 : Puana Dekke miminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang kelak dinamakan Pagatan.
* 1759 – 1761 : masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah.
* 1761 – 1801 : masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Sulaiman Saidullah
* 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) menyerang Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka.
* 1801 – 1825 : masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah.
* 1815 – 1816 : Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai (kelak dinamakan Distrik Maluka, dibawah Alexander Here yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812.[3]
* 1825 – 1857 : masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
* 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[4]
* 15 Muharam 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam (UUSA 1825).
* 1852 : pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Raja Muda merangkap Mangkubumi.
* 30 April 1856 : Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditanda tangani Sultan Adam.
* 9 Oktober 1856 : Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Raja Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
* 1 November 1857 : Sultan Adam wafat.
* 3 November 1857 – 25 Juni 1859 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II, kemudian Sultan yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
* 3 November 1857 : pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
* 23 Februari 1858 : Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
* September 1858 : Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.
* 2 Februari 1859 : kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
* Februari 1859 : Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
* 28 April 1859 : Pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, Banjar, Serangan di Marabahan, Serangan di Gunung Jabuk, Serangan di Tabanio, dipimpin Demang Lehman, H. Buyasin dan Kyai Langlang, Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo, dan disepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil, Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat, dan Penghulu Abdul Gani, dan Serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura
* 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
* 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang, dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.

Juni 1859 : pertempuran di Sungai Besaran dipimpin Pambakal Sulil

* 8 Juni 1859 : Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
* 12 Juni 1859 : bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone, dan van Os.
* 14 Juni 1859 : pertemuan Pangeran Hidayat dengan Andressen, namun buntu.
* 15 juni 1859 : Sweeping oleh Belanda di Martapura.
* 17 Juni 1859 : pertempuran di Sungai Raya.
* 25 Juni 1859 : Sultan Tamjidillah II diturunkan secara paksa oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
* 30 Juni 1859 : serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.

Juli 1859 : tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.

* 16 Juli 1859 : Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
* Agustus 1859 : serangan ke Banjarmasin dipimpin Kyai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan H. Buyasin.
* September 1859 : pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
* 27 September 1859 : pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin Demang Lehman, Aminullah, Antaludin, dan Ali Akbar.
* 28 September 1859 : bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
* 13 November 1859 : Verspyck mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
* 14 November 1859 : gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
* 23 Desember 1859 : pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
* 26 Desember 1859 : tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
* Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.
* 2 Januari 1860 : serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
* 9 Februari 1860 : serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour, kapal sampai rusak; pertempuran Masjid Amuntai.
* 22 Februari 1860 : serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour
* 31 Maret 1860 : penyerbuan Benteng Amawang dipimpin Demang Lehman.
* 18 Maret 1860 : pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai, dan Aluan.
* 15 Mei 1860 : pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
* 11 Juni 1860 : Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda, dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta FN.Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Kalimantan Selatan-Timur.
* 9 Agustus 1860 : serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
* 17 Agustus 1860 : Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
* 27 Agustus 1860 : serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
* September 1860 : pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
* 3 September 1860 : Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
* 4 September 1860 : pertempuran Benteng Madang kedua
* 13 September 1860 : pertempuran Benteng Madang ketiga
* 15 September 1860 : pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
* 18 September 1860 : pertempuran Benteng Madang Keempat
* 22 September 1860 : pertempuran Benteng Madang kelima.
* 13 Oktober 1860 : pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
* 17 Oktober 1860 : pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
* 25 Oktober 1860 : pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
* 27 Oktober 1860 : pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
* November 1860 : pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
* 1 November 1860 : Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
* 24 Februari 1861 : pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
* 3 Maret 1861 : pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
* 19 Maret 1861 : pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
* 21 April 1861 : Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
* 23 April 1861 : serangan di Bincau.
* April 1861 : penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut, dan Pambakal Matamin; pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
* 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
* 13 Mei 1861 : pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
* 16 Mei 1861 : serangan di Paringin dipimpin H. Dulgani.
* 18 Mei 1861 : pertempuran di Pagat.
* 27 Mei 1861 : pertempuran di Barabai dipimpin Gusti Wahid.
* Mei 1861 : pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
* 10 Juni 1861 : pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal, dan Batu Mahalon.
* 18 Juni 1861 : serangan awal di Martapura.
* 19 Juni 1861 : pertempuran di Gunung Pamaton dipimpin Pangeran Hidayatullah.
* 20 Juni 1861 : pertempuran di Kuala Tambangan dipimpin Tumenggung Gamar.
* 22 Juni 1861 : serangan di Mataraman dan Suwatu dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
* 3 Juli 1861 : serangan di benteng Barabai dipimpin Raksa Yuda.
* 18, 22, 24 Juli 1861 : pertempuran di Buntok.
* Agustus 1861 : Pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
* 1 Agustus 1861 : pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
* 10 Agustus 1861 ; pertempuran di benteng Pagger dipimpin Pangeran Singa Terbang.
* 2 September 1861 : pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
* 24 September 1861 : gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
* 2 Oktober 1861 : Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
* 6 oktober 1861 : Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
* 8 Oktober 1861 : pertempuran di Habang dan Kriniang dipimpin H. Badur
* 18 Oktober 1861 : pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur
* Oktober 1861 : pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
* 6 November 1861 : pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
* 8 November 1861 : pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
* 9 November 1861 : serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent amuntai.

8 25 Nopember 1861 : pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman, dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.

* November 1861 ; pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
* 5 Desember 1861 : pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
* 15 Desember 1861 : pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
* 16 Desember 1861 : terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.
* 28 Januari 1862 : Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
* 30 - 31 Januari 1862 : perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
* 3 Februari 1862 : Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
* 4 Februari 1862 : Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Pamaton; Masjid Pasayangan berumur 140 tahun dibakar Belanda.
* 22 Februari 1862 : tertangkapnya Ratu Siti; dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
* 28 februari 1862 : Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
* 3 Maret 1862 : Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
* 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari di dinobatkan sebagai Panambahan Amiruddin Khalifatul Mu’minin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
* 11 Oktober 1862 : wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
* 1862 – 1905 : masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
* 19 Oktober 1863 : tertangkapnya Sultan Kuning.
* 1864 : serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montallat
* 27 Februari 1864 : Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
* 1865 : Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
* 26 Januari 1866 : H. Buyasin gugur.
* 1867 : serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
* 1870 : serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
* 1875 : wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
* 1883 : serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
* 1 Juli 1883 : serangan di Lampihong.
* 1885 : ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu Kutai, kemudian Pangeran dibuang ke Tondano.
* 1886 : serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
* 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo
* 1899 : peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
* 1904 : wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur; dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
* 1906 : dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul suami (Gt. Muhammad Arsyad).
* 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
* 24 Agustus 1905 : Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh
* 1915 : Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.
* 1919 : Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
* 1923 : National Borneo Congres ke-1
* 29-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.
* 1927 : pemberontakan di Tabalong dipimpin Darmawi atas kerja paksa.
* 5 Maret 1930 : Keluarnya ketetapan no. 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio
* 1937 : kembalinya Ratu Zaleha dari pembuangan ke Martapura; pemberontakan Hariang, sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak tewas.
* 1938 – 1942 : masa Gubernur Borneo dr. A. Haga
* 1938 : Wester afdeeling van Borneo, Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
* 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin
* 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala,
* 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya.
* 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum.
* Februari 1942 : Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara.
* 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil)
* 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya.
* 17 Maret 1942 : Gubernur A. Haga menyerah dengan Jepang di Puruk Cahu, kemudian ditahan di Benteng Tatas.
* 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar).

ZAMAN SETELAH KEMERDEKAAN RI

* 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
* 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
* 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernurKalimantan
* 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
* Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
* 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara.
* November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah.
* 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
* 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
* 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Kota Rantau, Tapin serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
* 30 Oktober 1945 : penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
* 5 - 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito Kuala.
* 24 September 1946 : penangkapan lasykar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
* 18 November 1946 : pembentukan Batalyon TNI ALRI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basri dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
* Mei 1947 : pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai di pimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur yaitu Made Kawis.[5]
* 3 Juli 1948 : Belanda melantik Dewan Banjar. [6]
* 18 Juli 1948 : peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
* Agustus 1948 : pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
* 21 Desember 1948 : Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
* 2 Januari 1949 : Pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan (Palagan Nagara).
* 7 Januari 1949 : pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
* 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
* 14 Februari 1949 : pertempuran di Batu Tangga, Birayang, 2 orang pejuang gugur.
* 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
* 15 Mei 1949 : Perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
* 16 Mei 1949 : penandatanganan teks proklamasi di Ni'ih oleh Hassan Basry.
* 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
* 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
* 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
* 2 September 1949 : perundingan antara TNI ALRI DIVISI (A) yaitu Hasan Basri dengan Belanda diwakili Jenderal Mayor Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
* 2 September 1949 : pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basri sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
* 1 November 1949 : peleburan TNI ALRI DIVISI (A) ke dalamTNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hasan Basri dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.
* 01 Juni 1950 : pembentukan Kabupaten Kotabaru.
* 29 Juni 1950 : Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.

MASA SETELAH PEMBENTUKAN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

* 14 Agustus 1950 : pembentukan Propinsi Kalimantan; pembentukan Kabupaten Banjar.
* 14 Agustus 1950 – 1953 : masa Gubernur dr. Mordjani
* 2 Desember 1950 : pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
* 2 Mei 1952 : Berdirinya Kabupaten Amuntai.
* 1953 – 1955 : masa Gubernur Mas Subardjo
* 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
* 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
* 2-3 September 1953 : musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
* 24 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
* 11 Januari 1954 : turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
* 4 April 1954 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
* 1955 – 1957 : masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
* 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke provinsi Kalimantan Timur.
* 1957 – 1959 : masa Gubernur Syarkawi
* 23 Mei 1957 : Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
* 1958 : musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
* 15 Maret 1958 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
* 11 November 1958 : Pengangkatan kerangka Pangeran Antasari untuk dimakamkan di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
* 1959 – 1963 : masa Gubernur Maksid.
* 24 Desember 1959 : pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
* 4 Januari 1960 : pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
* 22 Agustus 1960 : pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah kalsel Brigjen Hasan Basri.
* 3 Juni 1961 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17), dengan ketua Soeparjan.
* 1-2 Juli 1961 : musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H. M. N. Manuar.
* 1963 – 1963 : masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
* 1963 – 1968 : masa Gubernur Aberani Sulaiman.
* 30 November 1965 : pembentukan Kabupaten Tapin.
* 1 Desember 1965 : pembentukan Kabupaten Tabalong.
* 02 Desember 1965 : pembentukan Kabupaten Tanah Laut.
* 1968 – 1970 : masa Gubernur Jasmani.
* 23 Maret 1968 : pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
* 1970 – 1980 : masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
* 15 Januari 1979 : wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
* 1980 – 1984 : masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
* 1984 – 1995 : masa Gubernur Ir. H.M. Said.
* 15 Juli 1984 : wafatnya Brigjen Hasan Basri, dimakamkan di Liang Anggang, Banjarbaru
* 10 November 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
* 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai)
* 1995 – 2000 : masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
* 2000 – 2005 : masa Gubernur Syahriel Darham.
* 20 April 2000 : pembentukan kota Banjarbaru.
* 3 November 2001 : pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basri.
* 8 April 2006 : pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
* 2005 - 2010 : masa Gubernur Rudy Ariffin.

[sunting] Kondisi dan Sumber Daya Alam
[sunting] Keanekaragaman Hayati

* Flora Resmi: Kasturi (Mangifera casturi)
* Fauna Resmi: Bekantan (Nasalis larvatus)

Sumber Daya Alam

Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha) Bahan Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll[7]
[sunting] Sosial Kemasyarakatan
[sunting] Suku Bangsa

Kelompok etnik di Kal-Sel menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain :

1. Orang Banjar Kuala, Banjarmasin sampai Martapura,
2. Orang Banjar Batang Banyu, Margasari sampai Kelua
3. Orang Banjar Pahuluan, Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura)
4. Suku Barangas di Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh
5. Suku Bakumpai di Bakumpai, Marabahan, Kuripan, Tabukan
6. Suku Maanyan: Dayak Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan,Dayak Samihim
7. Suku Abal di Kampung Agung sampai Haruai
8. Suku Dusun Deyah di Muara Uya, Gunung Riut, Upau
9. Suku Lawangan di , Muara Uya Utara
10. Suku Bukit di Awayan(Dayak Pitap), Haruyan, Hantakan, Loksado, Piani, Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang
11. Orang Madura Madurejo di Pengaron, Mangkauk
12. Orang Jawa Tamban di Purwosari
13. Orang Cina Parit di Pelaihari
14. Suku Bajau di Kotabaru, Tanjung Batu
15. Orang Bugis Pagatan di Pagatan
16. Suku Mandar di pulau Laut dan pulau Sebuku

(Sumber : Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat, no.11 s.d 16 suku pendatang dari luar Kalimantan).

Delapan etnik terbanyak di Kal-Sel menurut sensus 2000 (Dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli) :
Nomor↓ Sukubangsa↓ Jumlah↓
1 suku Banjar 2.271.586 jiwa
2 suku Jawa 391.030 jiwa
3 suku Bugis 73.037 jiwa
4 Suku Madura 36.334 jiwa
5 Suku Bukit (Dayak Meratus) 35.838 jiwa
6 Suku Mandar 29.322 jiwa
7 Suku Bakumpai 20.609 jiwa
8 Suku Sunda 18.519 jiwa
9 Suku-suku lainnya 99.165 jiwa

Total penduduk Propinsi Kalsel tahun 2000 : 2.975.440 jiwa
(Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000)

Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalsel:

1. Austrolo-Melanosoid (sudah punah)
2. Dayak (rumpun Ot Danum)
3. Suku Dayak Bukit
4. Suku Banjar (1526)
5. Suku Bajau, Suku Bugis (1750), Suku Mandar
6. Suku Jawa, Suku Madura
7. Etnis Tionghoa-Indonesia, Etnis Arab-Indonesia
8. Etnis Eropa (1860-1942, sudah kembali ke Eropa)

[sunting] Bahasa
[sunting] Agama
[sunting] Pendidikan
[sunting] Permasalahan Sosial
[sunting] Perekonomian
[sunting] Tenaga Kerja
[sunting] Pertanian & Perkebunan
[sunting] Hutan & Ikan
[sunting] Industri
[sunting] Jasa
[sunting] Energi
[sunting] Pertambangan
[sunting] Transportasi
[sunting] Komunikasi
[sunting] Ekspor & Impor
[sunting] Keuangan & Perbankan
[sunting] Seni dan Budaya
[sunting] Musik
[sunting] Tarian
[sunting] Literatur
[sunting] Bahasa Daerah

1. Bahasa Melayu Lokal :
1. Bahasa Banjar (bjn)
1. Dialek Banjar Hulu
2. Dialek banjar Kuala
3. Bahasa Barangas)
2. Bahasa Melayu Bukit (bvu)
2. Bahasa Barito
1. Barito barat
1. Barito barat bagian selatan :
1. Bahasa Bakumpai [bkr]
2. Barito timur
1. Barito timur bagian utara :
1. Bahasa Lawangan-Pasir(lbx)
2. Barito timur bagian Tengah-Selatan
1. Bagian Tengah :
1. Bahasa Dusun Deyah [dun]
2. Bagian Selatan :
1. Bahasa Maanyan [mhy]

[sunting] Pemerintahan
[sunting] Daftar Kabupaten dan Kota
Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif Rumah Bubungan Tinggi..
No. Kabupaten/Kota Ibu kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa
1 Kabupaten Balangan Paringin 8 152
2 Kabupaten Banjar Martapura 19 288
3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan 17 200
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan 11 148
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai 11 169
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai 10 219
7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru 20 197
8 Kabupaten Tabalong Tanjung 12 131
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin 10 135
10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 11 135
11 Kabupaten Tapin Rantau 12 131
12 Kota Banjarbaru Banjarbaru Kota 5 50
13 Kota Banjarmasin Banjarmasin 5 20


[sunting] Daftar gubernur

Mulai dari 1945-1957 gubernur mengepalai provinsi Kalimantan
No. Nama Dari Sampai Keterangan
1. Ir. Pangeran Muhammad Noor 2 September 1945 1950
2. dr. Murjani 14 Agustus 1950 1953
3. Mas Subarjo 1953 1955
4. Raden Tumenggung Arya Milono 1955 1957


Selanjutnya tahun 1957 sebutan provinsi Kalimantan menjadi Provinsi Kalimantan Selatan.
No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1. Syarkawi 1957 1959
2. Maksid 1959 1963
3. Abu Jahid Bastomi 1963 1963
4. Aberani Sulaiman 1963 1968
5. Jamani 1968 1970 [8]
6. Subarjo Sosroroyo 1970 1980
7. Mistar Cokrokusumo 1980 1984
8. Muhammad Said 1984 1995
9. Gusti Hasan Aman 1995 2000
10. Sjachriel Darham.jpg Sjachriel Darham 2000 Maret 2005
11. Tursandi Alwi Maret 2005 5 Agustus 2005 Penjabat Gubernur
12. Rudy Ariffin.jpg Rudy Ariffin 5 Agustus 2005 sekarang
[sunting] Daerah Pemilihan DPR RI 2009

Daerah Pemilihan DPR RI (Bahasa Melayu : Kawasan Parlemen)
Daerah Pemilihan↓ Gabungan Kab/Kota↓ Jumlah kursi↓
Kalimantan Selatan 1 Banjar, Barito Kuala, Tapin, Tabalong, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara 6 kursi
Kalimantan Selatan 2 Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru 5 kursi
[sunting] Daerah Pemilihan DPRD Kalsel 2009

Daerah Pemilihan DPRD Kalsel (Bahasa Melayu : Dewan Undangan Negeri)
Nomor↓ Daerah↓ Jumlah kursi↓
Kalsel 1 Banjarmasin 10 kursi
Kalsel 2 Banjar, Banjarbaru 10 kursi
Kalsel 3 Barito Kuala 5 kursi
Kalsel 4 Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah 10 kursi
Kalsel 5 Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong 8 kursi
Kalsel 6 Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru 12 kursi
[sunting] Perekonomian
[sunting] Pertambangan

Batu bara dan bijih besi adalah hasil pertambangan utama provinsi ini.
[sunting] Seni dan Budaya
Gedung Sultan Suriansyah tempat pementasan budaya Kal-Sel.
[sunting] Seni Karawitan

1. Gamelan Banjar
2. Musik Panting (suku Banjar)
3. Musik Kangkurung/Kukurung (suku Dayak Bukit)
4. Musik Bumbung
5. Musik Kintung
6. Musik Kangkanong
7. Musik Salung
8. Musik Suling
9. Musik Bambang
10. Musik Masukkiri (suku Bugis)

[sunting] Teater tradisional dan wayang

* Mamanda (teater tradisional suku Banjar)
* Lamut (suku Banjar)
* Madihin (suku Banjar)
* Wayang Kulit Banjar (suku Banjar)
* Wayang Gung (wayang orang suku Banjar)
* Balian(suku Dayak Bukit)

[sunting] Tarian

Tarian suku Banjar:

* Baksa Kambang
* Radap Rahayu
* Kuda Gepang
* Tarian suku Banjar lainnya

Tarian suku Dayak Bukit:

* Tari Tandik Balian
* Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita)
* Tari Kanjar (tarian ritual, penari pria)

[sunting] Lagu

Lagu Daerah suku Banjar:

* Ampar-Ampar Pisang
* Sapu Tangan Babuncu Ampat
* Paris Barantai
* Lagu daerah Banjar lainnya

[sunting] Rumah Adat

Rumah Adat Suku Banjar disebut Rumah Bubungan Tinggi. Rumah Adat Suku Dayak Bukit disebut Balai
[sunting] Pakaian Adat
Lihat pula: Busana Pengantin Banjar

Pakaian Pengantin Suku Banjar ada 4 jenis:

* Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut
* Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
* Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan
* Pangantin Babaju Kubaya Panjang

Pakaian Pemuda Pemudi:

* Pakaian Nanang dan Galuh Banjar

[sunting] Pariwisata

* Banjarmasin
o Komplek Makam Sultan Suriansyah
o Komplek Makam Pangeran Antasari
o Masjid Sultan Suriansyah
o Pasar Terapung Muara Kuin
o Festival Nanang dan Galuh Banjar
o Museum Wasaka
o Kubah Surgi Mufti
o Sasirangan
* Banjarbaru
o Museum Lambung Mangkurat
o Pendulangan Intan Cempaka
* Banjar
o Pusat Penjualan Batu Permata Cahaya Bumi Selamat Martapura
o Pasar Terapung Lok Baintan
o Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary Kelampaian
o Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin
o Lembah Kahung
* Barito Kuala
o Jembatan Barito
o Jembatan Rumpiang
o Pulau Kembang
o Pulau Kaget
* Hulu Sungai Selatan
o Loksado (Wisata Alam Pegunungan dan Arung Jeram Balanting Paring (Bamboo Rafting), Balian)
o Tanuhi (Kolam Renang dan Pemandian Air Panas Alami)
* Hulu Sungai Tengah
o Pagat
* Hulu Sungai Utara
o Candi Agung Amuntai
* Kotabaru
o Gunung Bamega
* Tanah Laut
o Gunung Kayangan
o Pantai Takisung
o Pantai Swarangan

[sunting] Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Peninggalan sejarah dan purbakala :

1. Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin
2. Komplek Makam Sultan Suriansyah di Banjarmasin Utara, Banjarmasin
3. Komplek Makam Pangeran Antasari di Banjarmasin Tengah, Banjarmasin
4. Makam Surgi Mufti di Surgi Mufti, Banjarmasin Utara, Banjarmasin
5. Makam Ratu Zaleha di Banjarmasin Tengah, Banjarmasin
6. Rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong Ulu di Teluk Selong Ulu, Martapura Barat, Banjar
7. Rumah Gajah Baliku Teluk Selong Ulu di Teluk Selong, Martapura, Banjar.
8. Rumah Balai Bini Desa Teluk Selong Ulu di desa Teluk Selong Ulu, Martapura, Banjar.
9. Rumah Palimbangan Desa Pasayangan di Pasayangan, Martapura, Banjar.
10. Makam Datu Ambulung di Martapura, Banjar.
11. Masjid Jami Sungai Batang di Martapura, Banjar
12. Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Gambut, Banjar
13. Makam Sultan Adam di Kelurahan Jawa Martapura, Banjar
14. Makam Sultan Inayatullah di Kampung Keraton Martapura, Banjar
15. Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar
16. Benteng Tabanio di Tanah Laut
17. Makam Keramat Istana, di Tanah Laut
18. Makam Datu Ingsat di Tanah Laut
19. Candi Laras di Kecamatan Candi Laras Selatan, Tapin
20. Masjid Al-Mukarromah di Banua Halat Kiri, Tapin
21. Makam Datu Sanggul di Tatakan, Tapin
22. Masjid Gadung Keramat di Tapin
23. Rumah Bubungan Tinggi Desa Lawahan, Tapin
24. Masjid Su'ada di Wasah Hilir, Simpur, Hulu Sungai Selatan
25. Benteng Gunung Madang, di Sei Madang, Hulu Sungai Selatan
26. Makam Haji Saadudin di Taniran, di Hulu Sungai Selatan
27. Makam Datu Patinggi Mandapai di Hulu Sungai Selatan
28. Makam Tumpang Talu di Hulu Sungai Selatan
29. Gedung Musyawaratutthalibin di Simpur, Hulu Sungai Selatan
30. Rumah Bubungan Tinggi Desa Tibung di Kandangan, Hulu Sungai Selatan
31. Rumah Bubungan Tinggi Desa Baruh Kambang di Negara, Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan
32. Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau di Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan
33. Rumah Perjuangan di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan
34. Rumah Perjuangan di Durian Rabung, Padang Batung, Hulu Sungai Selatan
35. Rumah Bersejarah di Simpur, Hulu Sungai Selatan
36. Monumen 17 Mei, Niih, di Hulu Sungai Selatan
37. Masjid Keramat Pelajau di Hulu Sungai Tengah
38. Makam 23 Pejuang di Hulu Sungai Tengah
39. Makam Pangeran Kacil di Hulu Sungai Tengah
40. Makam Tumenggung Jayapati di Hulu Sungai Tengah
41. Candi Agung di Paliwara, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara
42. Masjid Jami Sungai Banar di Hulu Sungai Utara
43. Masjid Jami Assuhada di Hulu Sungai Utara
44. Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi di Hulu Sungai Utara
45. Masjid Basar Pandulangan di Hulu Sungai Utara
46. Masjid Pusaka dan Makam Penghulu Rasyid di Banua Lawas, Tabalong
47. Makam Gusti Buasan di Tabalong
48. Masjid Jami Puain Kanan di Tanta, Tabalong
49. Goa Babi di Desa Randu, Muara Uya, Tabalong
50. Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari di Kelua, Tabalong
51. Makam Ratu Intan di Bakau, Pamukan Utara, Kotabaru
52. Kompleks Makam Raja-raja Kotabaru di Pulau Laut Utara, Kotabaru
53. Makam Syekh Haji Muhammad Arsyad di Tanah Bumbu
54. Makam Pangeran Agung di Tanah Bumbu
55. Makam Haji Japeri di Barito Kuala
56. Makam Panglima Wangkang di Marabahan, Barito Kuala
57. Rumah Bulat (Rumah Joglo Desa Penghulu) di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala
58. Rumah Gajah Baliku Desa Penghulu di Marabahan, Barito Kuala
59. Makam Datuk Aminin di Barito Kuala

[sunti